Semut yang Sakit Rela Mengorbankan Diri untuk Selamatkan Koloni — Temuan Baru dari Ilmu Pengetahuan
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ketika berkembang biak (pupa) dalam koloni semut tertular penyakit mematikan, mereka secara aktif memberi sinyal kimia untuk memperingatkan anggota koloni lain — menyerupai perilaku “sel mati yang memberi sinyal” pada sel tubuh manusia. Sinyal ini memicu tindakan kolektif oleh semut pekerja untuk menyingkirkan pupa yang sakit agar tidak menyebarkan infeksi ke seluruh koloni.
Studi ini dipimpin oleh ilmuwan dari Institute of Science and Technology Austria (ISTA), dan dipublikasikan di jurnal ilmiah bergengsi Nature Communications pada Desember 2025.
Berikut ulasan mendalam mengenai hasil penelitian, bagaimana proses berlangsung, dan mengapa temuan ini penting — bukan hanya untuk memahami semut, tetapi juga untuk menggali paralel dengan sistem imun makhluk hidup lain.
Penelitian: Bagaimana Semut Menghadapi Infeksi Kronis
- Ketika pupa semut (fase sebelum dewasa) terinfeksi oleh patogen yang fatal dan penyembuhan tidak memungkinkan, semut tersebut tidak bersembunyi — melainkan mengeluarkan aroma khas yang berbeda dari aroma normal. Aroma itu berfungsi sebagai “alarm kimia,” memberi tahu koloni bahwa pupa itu sudah tidak bisa diselamatkan.
- Setelah sinyal terdeteksi oleh semut pekerja, mereka segera membuka kepompong pupa, membuat sayatan kecil, dan menyuntikkan zat antimikroba alami (asam format) ke tubuh pupa — proses yang membunuh patogen dari sumbernya. Sayangnya, proses ini juga menyebabkan kematian pada pupa bersangkutan.
- Menariknya: sistem ini tampaknya hanya berlaku pada pupa pekerja yang tidak dapat pulih. Pupa calon ratu (queen pupae) — yang memiliki sistem imun lebih kuat — jarang, malah tidak, menunjukkan sinyal peringatan seperti itu.
Peneliti menyebut perilaku ini sebagai “altruistic disease signalling”: pupa yang sakit secara sukarela memberi tahu koloni tentang risikonya, dan kemudian “mengorbankan diri” agar koloni tetap sehat.
Kenapa Semut Melakukan Ini — Konsep “Superorganisme”
Koloni semut sering digambarkan sebagai “superorganisme”: banyak individu bekerja bersama sehingga berfungsi seperti satu organisme besar. Dalam kerangka ini:
- Individu (semut) ibarat “sel-sel tubuh.” Jika satu sel terinfeksi, ia harus dihapus agar infeksi tidak menyebar ke seluruh tubuh.
- Dengan demikian, pupa yang sakit memberi sinyal seperti “sel tubuh” yang terinfeksi: memberi peringatan, lalu dihapus. Ini meminimalkan risiko wabah penyakit dalam koloni.
Menurut peneliti, strategi ini sangat efisien: daripada kebanyakan semut sakit dan koloni musnah, lebih baik satu pupa “korban diri” agar koloni tetap bertahan — sebuah bentuk solidaritas ekstrem di dunia hewan.
Eksperimen dan Bukti Ilmiah
Tim peneliti melakukan sejumlah eksperimen untuk memastikan bahwa perubahan aroma inilah penyebab reaksi semut pekerja:
- Aroma dari pupa sakit diambil lalu diaplikasikan ke pupa sehat — hasil: semut pekerja masih berperilaku sama: membuka kepompong dan melakukan disinfeksi. Ini membuktikan bahwa sinyal kimia saja cukup untuk memicu reaksi.
- Hanya pupa yang sudah dalam kondisi tidak bisa disembuhkan yang mengirim sinyal ini; pupa yang sehat atau masih bisa sembuh sama sekali tidak menunjukkan sinyal peringatan—menandakan bahwa sistem ini cukup selektif.
Implikasi bagi Ilmu Biologi dan Evolusi Sosial
Temuan ini penting karena:
- Menunjukkan bahwa perilaku altruistik dalam dunia hewan bisa sangat kompleks — tidak hanya insting pelarian tapi sistem sinyal kimia yang evolusi panjang.
- Memberi wawasan bahwa sistem imun sosial (social immunity) pada hewan sangat maju: koloni semut bisa mendeteksi dan memusnahkan ancaman penyakit secara kolektif — tanpa perlu alat eksternal.
- Membuka kemungkinan penelitian lanjut: misalnya, apakah mekanisme serupa ada pada serangga sosial lain (rayap, lebah), atau bahkan bisa memberi inspirasi untuk sistem pengendalian penyakit di organisme manusia.
Kesimpulan: Ketika “Korban Diri” Membantu Kelangsungan Hidup Bersama
Penelitian terbaru mengungkap bahwa di dunia semut — ketika satu anggota koloni sakit parah — solusi terbaik bukan menyembunyikan sakit, tetapi memberi tahu koloni dan menerima nasib, demi keselamatan bersama.
Tindakan ini—pengorbanan individu untuk kelangsungan koloni—menegaskan bahwa solidaritas dan kerjasama ekstrem bisa ditemukan di makhluk sekecil semut. Sekilas tampak kejam, namun dari perspektif evolusi, ini adalah strategi penyelamatan kolektif yang luar biasa.
Studi ini tidak hanya memperkaya pengetahuan tentang semut, tetapi juga membantu kita memahami bagaimana komunitas — entah hewan atau manusia — bisa bertahan dari ancaman penyakit melalui solidaritas dan sistem proteksi kolektif.

