Mitos Telur Bikin Kolesterol Tinggi Dipatahkan dr. Zaidul Akbar: Nasi & Gaya Hidup Malas Gerak yang Lebih Berbahaya
Jakarta, 14 September 2025 — Persoalan kolesterol tinggi selalu menarik perhatian publik, termasuk mitos bahwa makan telur harus dihindari agar kolesterol tidak naik. Namun dr. Zaidul Akbar menyatakan bahwa mitos ini perlu diluruskan. Menurutnya, konsumsi telur selama proporsional dan tidak berlebihan tidak otomatis membuat kolesterol melonjak. Lebih dari itu, ada faktor lain yang jauh lebih berisiko, seperti nasi putih berlebihan dan gaya hidup sedentari.
Pernyataan dr. Zaidul Akbar
Dalam wawancara yang dimuat di TVOneNews (Minggu, 14 September 2025), dr. Zaidul Akbar menyampaikan bahwa:
“Saya kalau lagi pengen makan telur, sekali makan tiga, aman aja. Kolesterol nggak (naik), sepanjang Anda makannya cukup dan tidak berlebihan. Menurut Anda masing‐masing takaran Anda, aman Insya Allah.”
Dengan kata lain, telur bukanlah musuh utama kolesterol bila dikonsumsi dalam batas wajar. Ia juga menekankan bahwa kualitas makanan dan ukuran porsi pribadi menjadi faktor pendukung agar tidak terjadi “kelebihan” yang bisa berdampak buruk.
Apa yang Lebih Berbahaya dari Telur?
Dr. Zaidul Akbar menyebut bahwa ada faktor lain yang jauh lebih berbahaya dibanding telur, yaitu:
- Konsumsi karbohidrat sederhana secara berlebihan, khususnya nasi putih.
- Makanan olahan (processed foods) tinggi lemak jenuh atau lemak trans, gula, produk pabrik, dan tepung olahan.
- Gaya hidup sedentari: kurang bergerak atau aktivitas fisik yang minim. Orang zaman dulu dianggap lebih sehat karena pergerakannya lebih banyak, misalnya berjalan kaki atau pekerjaan fisik.
Telur & Kolesterol: Fakta yang Perlu Diketahui
Berikut poin‐utama dari wawasan dr. Zaidul Akbar yang meluruskan kesalahpahaman publik:
- Telur mengandung kolesterol makanan, tetapi tubuh manusia juga memiliki mekanisme regulasi kolesterol sendiri. Jika seseorang makan telur dalam jumlah wajar, tubuh biasanya bisa menyesuaikan produksi kolesterol internal agar keseimbangan tetap terjaga.
- Bagi individu sehat, telur menjadi sumber protein dan nutrisi yang baik. Namun, jika pola makan secara keseluruhan tidak sehat—misalnya banyak makanan olahan, lemak jenuh atau trans, gula tinggi, dan kurang aktivitas—risiko kolesterol tetap bisa meningkat.
Bagaimana Cara Menjaga Kolesterol Tetap Sehat
Dari penjelasan tersebut, dr. Zaidul Akbar memberikan beberapa saran untuk masyarakat yang ingin menjaga kolesterol tetap dalam batas aman:
- Perhatikan porsi telur
Makan telur tidak dilarang, tapi sebaiknya jumlahnya disesuaikan. Contoh: jika sekali makan 3 telur masih dalam batas yang wajar untuk kebutuhan gizi pribadi, dan tidak dikombinasikan dengan asupan lemak jenuh atau gula tinggi yang lainnya. - Kurangi konsumsi makanan olahan & karbohidrat sederhana
Bahan makanan seperti roti manis, snack ringan, makanan cepat saji, gula tambahan, dan nasi putih dalam jumlah berlebihan disebut lebih banyak menyumbang ke masalah kolesterol dan kesehatan jantung secara umum. - Aktif bergerak sebagai gaya hidup
Sentimen paling kuat dari dr. Zaidul Akbar adalah bahwa orang yang aktif fisik, berjalan, bergerak, atau memiliki aktivitas rutin tubuh akan lebih kecil risiko mengalami kolesterol tinggi, dibandingkan orang yang jarang bergerak. - Perhatikan pola makan menyeluruh, bukan hanya satu jenis makanan
Mengatur diet keseluruhan — kombinasi sayur, buah, protein (dari sumber yang baik), lemak sehat, serta mengurangi pemrosesan makanan — memainkan peran besar.
Reaksi Publik & Persepsi Mitos
Mitos bahwa telur adalah penyebab kolesterol tinggi sudah lama tersebar dalam masyarakat. Banyak orang menghindari telur karena takut kolesterolnya akan meningkat, terutama mereka yang sudah punya riwayat kolesterol tinggi atau masalah jantung.
Namun, penjelasan dari dr. Zaidul Akbar ini mendapat perhatian karena memberikan konteks yang lebih seimbang dan menekankan bahwa:
- Bukan satu jenis makanan yang harus sepenuhnya dihindari, tapi keseluruhan pola makan dan gaya hidup.
- Pentingnya edukasi publik agar tidak mudah terpengaruh oleh mitos yang berulang tetapi tanpa bukti ilmiah kuat.
Catatan Ilmiah & Pendukung dari Penelitian
Walau tidak semua riset dikutip secara spesifik oleh dr. Zaidul Akbar dalam laporan tersebut, banyak riset ilmiah yang mendukung bahwa kolesterol darah dipengaruhi oleh beberapa faktor:
- Lemak jenuh dan trans, bukan hanya kolesterol dalam makanan, memiliki pengaruh besar terhadap peningkatan LDL (kolesterol “jahat”).
- Pola makan tinggi karbohidrat olahan juga bisa menyebabkan resistensi insulin, obesitas, dan akhirnya memicu gangguan metabolik yang memengaruhi kadar lipid darah.
- Aktivitas fisik meningkatkan metabolisme lemak dan memperbaiki profil lipid darah.
Penelitian medis modern pun menunjukkan bahwa orang yang makan telur secara moderat tidak selalu mempunyai risiko penyakit kardiovaskuler yang lebih tinggi, kecuali jika dikombinasikan dengan faktor risiko lain seperti obesitas, merokok, dan masalah metabolik lainnya.
Kesimpulan
Mitos bahwa makan telur harus dihindari agar kolesterol tidak naik kurang tepat jika tidak dilihat dalam konteks keseluruhan pola makan dan gaya hidup. Telur, bila dikonsumsi secara proporsional dan tidak dibarengi konsumsi makanan olahan berlebihan dan gaya hidup malas bergerak, bisa tetap aman dan bahkan menyehatkan.
dr. Zaidul Akbar menekankan bahwa faktor lebih bahaya daripada telur adalah:
- konsumsi karbohidrat sederhana (termasuk nasi putih dalam porsi besar),
- makanan olahan,
- pola hidup sedentari.
Untuk menjaga kadar kolesterol tetap sehat, masyarakat disarankan memperhatikan keseluruhan asupan gizi, jumlah porsi, aktif bergerak, dan mengurangi konsumsi gula, tepung olahan, serta bisa mempertimbangkan jenis protein dan lemak sehat.
