🏥 Kesehatan

Banjir di Sumatera Sebabkan Krisis Kesehatan Anak — 80 Kasus ISPA Terdeteksi di Dua Lokasi

Banjir yang melanda sejumlah daerah di Sumatera pada akhir November 2025 membawa dampak serius bagi kesehatan warga — terutama anak-anak. Menurut laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Cabang Sumatera Utara dan daerah lainnya, sudah tercatat sedikitnya 80 kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di dua lokasi pengungsian.

Lonjakan Penyakit Pascabencana

Dalam konferensi pers “Tanggap Darurat Bencana” pada 1 Desember 2025, Wakil Ketua IDAI Sumut, Eka Airlangga, menyampaikan bahwa selain ISPA, banyak anak juga mengalami diare dan penyakit kulit akibat paparan air kotor dan sanitasi yang buruk di lokasi pengungsian.

Menurut ketua IDAI cabang daerah terdampak — misalnya cabang di Sumatera Barat — penyakit yang paling umum muncul pascabanjir memang ISPA, diikuti diare dan infeksi kulit. Di beberapa lokasi, tercatat 4 kasus diare dan 6 kasus penyakit kulit, serta 4 kasus penyakit campak (morbili).

Kondisi ini diperparah karena banyak wilayah terdampak yang mengalami kesulitan akses terhadap air bersih dan layanan kesehatan — sehingga risiko penularan dan komplikasi penyakit meningkat.

Upaya Mitigasi: Air Bersih, Obat, dan Pelayanan Medis

IDAI bersama pihak berwenang setempat telah bergerak cepat untuk menangani krisis kesehatan ini. Di antaranya mereka mendistribusikan air bersih, obat-obatan sederhana termasuk salep untuk infeksi kulit, serta membuka akses layanan kesehatan di titik pengungsian.

Menurut Eka, sejak bencana terjadi, mereka sudah mengirim 15.000 liter air bersih ke beberapa daerah terdampak — termasuk ke pemukiman dan posko pengungsian — untuk memastikan kebutuhan dasar air bersih tercukupi.

Namun demikian, tantangan tetap besar: banyak lokasi yang terisolasi, akses transportasi rusak atau tertutup, serta kondisi pengungsian yang padat — memudahkan penyebaran penyakit menular.

Anak-Anak: Kelompok Paling Rentan

Anak-anak disebut sebagai kelompok paling rentan dalam krisis ini. Perubahan lingkungan — seperti air yang tercemar, sanitasi memprihatinkan, serta kepadatan di pengungsian — membuat mereka lebih mudah terpapar infeksi pernapasan, pencernaan, dan kulit.

IDAI menekankan pentingnya perlindungan lebih ekstra bagi anak: menyediakan air bersih, menjaga kebersihan lingkungan, serta memastikan nutrisi dan akses kesehatan memadai. Di beberapa lokasi, tersedia dapur umum serta distribusi makanan untuk menjaga asupan anak, terutama bayi dan balita.

Risiko Tambahan: Pelayanan Terbatas & Stigma

Situasi pascabencana ini tidak hanya soal penyakit infeksi. Karena fasilitas kesehatan terganggu, banyak pengungsi kesulitan mendapat layanan rutin seperti imunisasi, perawatan balita, atau penanganan PTM (penyakit tidak menular). Hal ini berisiko memperburuk kondisi kesehatan jangka panjang anak-anak di wilayah terdampak.

Lebih jauh, para dokter dan petugas kesehatan mengimbau agar masyarakat dan pemerintah mempercepat respons — tidak hanya sementara, tetapi dengan kebijakan jangka menengah: memperbaiki sanitasi, memastikan suplai air bersih stabil, dan mengaktifkan pusat layanan kesehatan darurat.

Pentingnya Aksi Cepat & Kolaborasi

Krisis kesehatan seperti ini menggarisbawahi bahwa bencana alam — seperti banjir — bukan hanya soal air dan kerusakan fisik, tetapi juga dampak kesehatan yang bisa terus berlanjut. Untuk itu, kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga kesehatan, dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mencegah krisis makin memburuk.

Penanganan darurat dengan menyediakan air bersih, obat-obatan, layanan medis, serta edukasi kesehatan kepada pengungsi — terutama keluarga dengan anak — menjadi kunci. Selain itu, monitoring berkala terhadap kondisi kesehatan masyarakat di pengungsian harus dilakukan agar wabah penyakit bisa dicegah.

Harapan di Tengah Krisis: Perlindungan untuk Anak

Di tengah kondisi sulit, para dokter berharap agar prioritas utama tetap diberikan kepada anak-anak — memastikan mereka mendapat air bersih, nutrisi, dan perlindungan kesehatan. Dengan respons cepat dan dukungan semua pihak, diharapkan dampak kesehatan dari banjir ini bisa diminimalkan, dan ketahanan komunitas terus diperkuat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *