Ular Bisa Deteksi Gempa Lebih Cepat: Mitos atau Fakta Ilmiah?
Apakah benar ular bisa merasakan gempa sebelum terjadi? Fenomena ini akhir-akhir ini ramai jadi perbincangan. Banyak yang mengatakan bahwa ular bisa merasakan gempa hingga lima hari sebelum bencana—tapi apa kata sains tentang ini? Mari kita kupas bersama.
Apa yang Tepat: Mitos atau Fakta?
Menurut sebuah artikel di RadarTV, ular memang mampu merasakan getaran mikro melalui kulit dan rahang bawahnya ketika berada di atas tanah—sehingga dipercaya bisa mendeteksi gempa sebelum terjadi. Beberapa laporan dari China bahkan menyebut ular bisa bergerak keluar dari sarangnya meski musim dingin—sebagai pertanda gempa akan datang.
Namun, klaim semacam ini belum didukung oleh bukti ilmiah yang kuat. Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) menekankan bahwa perilaku hewan tidak bisa dijadikan fondasi prediksi gempa secara konsisten. Demikian pula, analisis faktual oleh lembaga cek fakta TurnBackHoax menyimpulkan bahwa tidak ada dasar ilmiah bahwa ular benar-benar bisa memprediksi gempa dengan andal.
Laporan Historis & Anecdotal
Contoh menarik datang dari Haicheng, China tahun 1975. Beberapa minggu sebelum gempa 7,3 Magnitudo mengguncang, ular dan hewan lain terlihat keluar dari sarang mereka di musim dingin—dan fenomena tersebut membantu mempercepat evakuasi kota.
Ilmuwan juga telah mencoba mengukur peningkatan aktivitas hewan dengan sensor canggih—seperti GPS dan accelerometer. Hasilnya menunjukkan ada lonjakan perilaku mendadak sebelum gempa di antara kelompok hewan ternak, meski belum dapat dijadikan prediksi yang terstandar.
Mengapa Ular Bisa “Merasakan”?
Kemampuan ular dalam mendeteksi getaran bumi memang ada secara biologis:
- Indra Peraba: kulit dan rahang bawah ular bisa merasakan getaran mikro dari tanah.
- Deteksi Gelombang P: beberapa hewan peka terhadap gelombang primer gempa (P-waves) yang sering terdeteksi seismograf sebelum gelombang sekunder.
- Sensitivitas Elektromagnetik & Suhu: spekulasi bahwa hewan bisa merespons perubahan elektromagnetik atau suhu lingkungan yang mendahului gempa.
Namun, bukti ilmiah yang kuat mengenai kemampuan ini masih sangat terbatas.
Mitos vs. Sains: Perbandingan
Aspek | Anecdotal (Cerita) | Bukti Ilmiah & Penelitian |
---|---|---|
Perilaku hewan sebelum gempa | Banyak dilaporkan (ular, ikan, burung) | Berbasis observasi, belum konsisten |
Ular deteksi gempa 5 hari sebelum | Sering diceritakan sebagai mitos populer | Tidak ada verifikasi ilmiah yang kuat |
Sensor & AI monitoring | Belum umum digunakan dengan ular | Telah mulai dilakukan pada hewan ternak (misalnya sapi) |
Posisi USGS dan organisasi lain | USGS menilai perilaku hewan tidak dapat dipakai prediksi gempa | Menekankan perlunya alat ilmiah seperti seismograf |
Meskipun memang menarik, cerita tentang ular sebagai “detektor gempa” lebih cocok digolongkan sebagai mitos atau anekdot, bukan alat ilmiah terpercaya.
Kesimpulan
Ular memang memiliki insting tajam terhadap perubahan lingkungan dan getaran tanah. Tetapi, saat ini belum ada bukti kuat yang mengonfirmasi bahwa ular bisa meramalkan gempa secara konsisten. Teknologi modern seperti pemetaan seismik, seismograf, deep learning, dan sistem peringatan dini berbasis sensor lebih andal daripada perilaku hewan.
Membaca perilaku alam—bahkan ular—adikhalnya layak diapresiasi. Namun, kita tetap harus mengandalkan data ilmiah dan teknologi untuk kesiagaan terhadap bencana.
