Mitos atau Fakta: Tidak Boleh Mengambil Makanan yang Jatuh (5-Second Rule)
Hampir semua orang pernah mengalaminya: makanan yang sedang dipegang tiba-tiba jatuh ke lantai. Dalam sekejap, muncul dilema: dibuang atau diambil kembali? Di banyak tempat, ada “aturan” tidak tertulis yang dikenal sebagai 5-second rule — makanan yang jatuh kurang dari 5 detik dianggap masih aman dimakan.
Fenomena ini tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga di banyak negara. Namun, seberapa benar aturan ini? Apakah sekadar mitos, atau ada dasar ilmiahnya?
Asal Usul 5-Second Rule
5-second rule pertama kali populer di negara-negara Barat sebagai semacam “pembenaran” untuk memungut kembali makanan yang jatuh. Konsepnya sederhana: jika makanan menyentuh lantai kurang dari lima detik, kotoran dan bakteri belum sempat berpindah, sehingga makanan masih aman dimakan.
Di Indonesia sendiri, kepercayaan ini bercampur dengan faktor budaya. Sebagian orang menganggap makanan yang jatuh itu “haram” dimakan karena dianggap kotor secara spiritual, bukan sekadar masalah bakteri. Sebagian lagi merasa sayang membuang makanan, sehingga 5-second rule dijadikan alasan agar makanan tetap bisa dimakan.
Fakta Ilmiah di Balik Kontaminasi Makanan
Secara ilmiah, bakteri tidak membutuhkan waktu lama untuk berpindah dari permukaan lantai ke makanan. Begitu makanan menyentuh permukaan yang terkontaminasi, perpindahan mikroorganisme dapat terjadi dalam hitungan kurang dari satu detik.
Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Rutgers, New Jersey, Amerika Serikat, menemukan bahwa:
- Perpindahan bakteri terjadi seketika begitu makanan menyentuh permukaan kotor.
- Jenis makanan dan permukaan lantai memengaruhi tingkat kontaminasi. Misalnya, makanan basah (seperti buah potong atau roti beroles selai) lebih mudah “menangkap” bakteri dibanding makanan kering (seperti biskuit).
- Lama waktu makanan berada di lantai memang memengaruhi jumlah bakteri, tetapi bukan berarti “nol bakteri” kalau hanya beberapa detik.
Kesimpulan penelitian ini jelas: 5-second rule bukan jaminan keamanan.
Risiko Kesehatan yang Mengintai
Memakan makanan yang jatuh dapat meningkatkan risiko terpapar bakteri berbahaya seperti Salmonella, E. coli, atau Listeria — tergantung kebersihan permukaan lantai. Bakteri-bakteri ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan, diare, hingga keracunan makanan.
Lantai rumah yang tampak bersih sekalipun sebenarnya bisa menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme, apalagi di dapur, ruang makan, atau area yang sering dilalui orang. Jika ada hewan peliharaan di rumah, risiko kontaminasi semakin tinggi.
Perspektif Budaya dan Etika
Di Indonesia, persoalan makanan jatuh juga berkaitan dengan nilai kesopanan dan agama. Banyak orang diajarkan sejak kecil untuk tidak memakan makanan yang sudah jatuh karena dianggap “tidak bersih” atau “kurang berkah”. Ada pula tradisi untuk memungut makanan yang jatuh lalu diletakkan di tempat khusus atau dibersihkan sebelum dibuang, sebagai bentuk penghormatan pada rezeki.
Jadi, selain faktor kesehatan, 5-second rule juga menyentuh aspek budaya dan kepercayaan.
Tips Aman Jika Makanan Jatuh
Meskipun 5-second rule tidak sepenuhnya benar, bukan berarti setiap makanan yang jatuh otomatis berbahaya. Yang terpenting adalah pertimbangan konteks dan kebersihan.
- Jika makanan jatuh di permukaan yang jelas kotor (jalan, lantai dapur yang lembap, tanah), sebaiknya jangan dimakan.
- Jika makanan jatuh di permukaan yang relatif bersih (meja dapur yang baru disanitasi), risiko memang lebih kecil, tetapi tetap ada.
- Jenis makanan juga penting: makanan kering lebih “aman” daripada makanan basah.
- Jika sangat ingin memakannya, minimal bilas atau bersihkan bagian yang jatuh.
Namun, langkah terbaik tetaplah berhati-hati. Kesehatan jauh lebih berharga daripada sepotong makanan.
Kesimpulan: Mitos yang Perlu Dikritisi
5-second rule adalah lebih banyak mitos daripada fakta. Secara ilmiah, bakteri berpindah seketika, bukan menunggu lima detik. Makanan yang jatuh memang bisa saja masih layak makan jika kondisinya benar-benar bersih, tetapi tidak ada jaminan bahwa itu bebas kuman.
Karena itu, sebaiknya jangan mengandalkan 5-second rule sebagai standar kebersihan. Gunakan penilaian sendiri berdasarkan situasi dan jenis makanan. Kalau ragu, lebih baik buang saja daripada mempertaruhkan kesehatan.
Sumber
- “Is the Five-Second Rule Real?” – Rutgers University Study.
https://news.rutgers.edu/news-release/does-five-second-rule-really-keep-food-safe/20160907 - “Five-Second Rule: Fact or Fiction?” – National Geographic.
https://www.nationalgeographic.com/science/article/five-second-rule-myth-food-germs - “Mitos Aturan 5 Detik” – Kompas.com.
https://health.kompas.com/read/2016/09/12/203500423/mitos.aturan.5.detik.