Mitos atau Fakta: Kerokan Bisa Mengusir Masuk Angin?
Bagi banyak orang Indonesia, kerokan sudah jadi solusi instan ketika tubuh merasa pegal, meriang, atau disebut “masuk angin”. Garis merah di punggung dianggap tanda bahwa angin sudah “keluar”.
Tapi, apakah benar kerokan bisa mengusir masuk angin? Atau hanya sugesti belaka?
Asal-Usul Tradisi Kerokan
Kerokan dilakukan dengan menggosokkan koin atau logam tumpul pada kulit yang sudah diolesi minyak kayu putih. Praktik ini populer di Indonesia, Tiongkok, hingga Vietnam (dikenal sebagai gua sha).
“Kerokan lebih ke terapi tradisional yang dipercaya masyarakat, bukan metode medis resmi.”
– dr. Andika, Spesialis Penyakit Dalam.
Penjelasan Medis
Menurut medis, “masuk angin” tidak ada dalam kamus kedokteran. Gejala seperti pegal, mual, pusing, dan meriang biasanya terkait:
- Infeksi virus ringan (flu, pilek)
- Masalah pencernaan
- Kurang tidur dan kelelahan
Kerokan sendiri memberi efek:
- Meningkatkan sirkulasi darah lokal
- Memberi rasa hangat dan relaksasi otot
- Efek sugesti psikologis → merasa lebih segar setelahnya
Namun, tidak ada bukti ilmiah bahwa kerokan benar-benar “mengeluarkan angin” dari tubuh.
Fakta vs Mitos
- Mitos: Garis merah tanda angin keluar.
- Fakta: Garis merah muncul karena pecahnya pembuluh darah kapiler akibat gesekan.
- Mitos: Kerokan menyembuhkan semua penyakit.
- Fakta: Kerokan hanya membantu melancarkan peredaran darah dan memberi sensasi lega, tapi bukan pengobatan utama.
Internal Link: Kesehatan & Kebiasaan Tradisional
Simak juga ulasan kesehatan lain soal kebiasaan tradisional dan fakta medisnya di kilasjurnal.id.
Apakah Kerokan Aman?
Kerokan relatif aman jika dilakukan dengan benar. Tapi perlu hati-hati:
- Jangan terlalu keras karena bisa merusak kulit
- Tidak disarankan untuk penderita kelainan darah (hemofilia)
- Bisa menimbulkan lebam yang salah diartikan sebagai tanda kekerasan
Penutup: Efek Psikologis Lebih Dominan
Jadi, kerokan bukan benar-benar mengusir angin, tapi lebih pada memberikan rasa lega melalui sirkulasi darah dan efek sugesti. Kalau gejala berlanjut, sebaiknya tetap konsultasi ke dokter.
Kerokan boleh saja dilakukan, tapi jangan sampai menunda pengobatan medis yang lebih tepat.
Ikuti terus artikel Mitos vs Fakta Kesehatan hanya di kilasjurnal.id.