Mitos atau Fakta: Minum Es Menyebabkan Batuk dan Pilek?
Di Indonesia, banyak orang tua dan bahkan tenaga medis tradisional sering melarang anak-anak atau orang dewasa minum es terlalu sering. Alasannya? Tak lain karena minum es dianggap bisa menyebabkan batuk dan pilek.
Tapi apakah benar begitu? Atau ini hanyalah mitos yang diwariskan turun-temurun tanpa dasar ilmiah yang kuat?
Mari kita bahas secara mendalam, dari sisi medis dan fakta di balik kebiasaan ini.
Minum Es = Langsung Sakit? Belum Tentu
Secara ilmiah, batuk dan pilek disebabkan oleh infeksi virus, bukan karena minum air dingin atau es. Virus seperti rhinovirus, adenovirus, dan coronavirus (bukan hanya COVID-19) adalah penyebab utama dari gejala seperti batuk, pilek, dan hidung tersumbat.
Artinya, minum es tidak secara langsung menyebabkan seseorang sakit. Namun, ada beberapa kondisi yang bisa membuat tubuh jadi lebih rentan jika sering konsumsi minuman dingin.
Seperti dilansir oleh kilasjurnal.id, “Tubuh sehat tidak akan langsung jatuh sakit hanya karena suhu makanan atau minuman. Tapi pada individu sensitif, respons tubuh bisa berbeda.”
Kutipan Ala-Ala: Yang Dingin Belum Tentu Jahat
“Bukan dinginnya es yang bikin kamu sakit, tapi sistem imunmu yang lagi lemah.”
– dr. M. Ramli, Dokter Umum & Edukator Kesehatan
Bagaimana Air Es Bisa Menyebabkan Ketidaknyamanan?
Walau tidak langsung menyebabkan batuk atau pilek, minum es bisa memicu reaksi sementara, seperti:
- Penyempitan pembuluh darah di tenggorokan
Suhu dingin bisa memicu vasokonstriksi, membuat tenggorokan terasa tidak nyaman. - Peningkatan produksi lendir
Bagi sebagian orang, terutama penderita rhinitis alergi, air es bisa merangsang produksi mukus berlebih. - Respons refleks batuk
Minuman dingin kadang memicu batuk ringan sebagai refleks tubuh menjaga suhu internal.
Namun, reaksi-reaksi ini tidak sama dengan infeksi. Jika tidak ada virus, tubuh biasanya akan kembali normal dengan cepat.
Studi Medis Soal Hubungan Minuman Dingin dan Penyakit
Beberapa studi menunjukkan bahwa tidak ada bukti kuat yang mengaitkan minuman dingin dengan infeksi saluran pernapasan atas. Salah satu studi di Amerika menunjukkan bahwa orang yang rutin minum minuman dingin tidak lebih rentan terkena pilek dibanding yang tidak.
Namun demikian, ada catatan penting:
Jika sistem imun sedang lemah, paparan suhu ekstrem — baik panas atau dingin — bisa memengaruhi daya tahan tubuh secara lokal (misalnya di tenggorokan), menjadi “pintu masuk” virus lebih mudah berkembang.
Siapa yang Harus Menghindari Minuman Dingin?
Meskipun tidak semua orang akan mengalami efek negatif, ada kelompok tertentu yang disarankan untuk menghindari es:
- Anak kecil dengan imunitas belum stabil
- Penderita asma atau alergi dingin
- Orang yang sedang flu atau batuk aktif
- Pasien radang tenggorokan kronis
Pada kelompok ini, minuman dingin bisa memperburuk gejala atau memperlambat pemulihan.
Psikologi dan Budaya: Efek Placebo atau Efek Sungguhan?
Menariknya, banyak kasus di mana seseorang merasa sakit setelah minum es, padahal secara medis tidak ada infeksi. Ini bisa terjadi karena efek psikologis atau placebo negatif.
Jika sejak kecil seseorang diajari bahwa minum es = sakit, maka tubuh bisa menciptakan rasa tidak nyaman karena sugesti — bukan karena es itu sendiri.
Budaya dan sugesti ternyata berperan besar dalam persepsi kesehatan, apalagi di Indonesia yang penuh tradisi lisan.
Apa yang Justru Perlu Diwaspadai?
Yang lebih penting daripada dingin atau panasnya minuman adalah:
- Kebersihan es atau air minum
Air yang tidak dimasak dengan baik bisa mengandung bakteri atau virus. - Kondisi tubuh saat konsumsi
Saat lelah, begadang, atau kehujanan, tubuh lebih rentan terserang penyakit — dan minum es bisa memperburuk sensasi tidak nyaman. - Konsumsi berlebihan
Terlalu sering konsumsi minuman manis dan dingin juga bisa mengganggu pencernaan dan metabolisme.
Penutup: Es Bukan Musuh, Tapi Harus Tahu Diri
Jadi, apakah minum es bikin batuk dan pilek?
Jawabannya: tidak secara langsung. Namun dalam kondisi tertentu, minuman dingin bisa menjadi “pemicu tambahan” pada tubuh yang sedang lemah atau sensitif.
Artinya, kamu boleh minum es — tapi tahu waktu, tahu kondisi, dan tahu batas.
Karena pada akhirnya, bukan suhu minuman yang menentukan kesehatanmu, tapi daya tahan tubuh dan gaya hidup secara keseluruhan.
