Budaya🏥 Kesehatan📰 Kilasan Harian

Stop Diet Ekstrem! Dokter Ginjal Ungkap Cara Mudah Turun Berat Badan 40 kg — Begini Rahasianya

Jakarta — Banyak orang berlomba mencari metode cepat dan ekstrem untuk menurunkan berat badan. Mulai dari diet super ketat sampai olahraga intens, semuanya menjanjikan hasil instan. Namun, seorang dokter ginjal justru membuktikan bahwa menurunkan berat badan besar — hingga 40 kg — tidak selalu tentang diet ekstrem atau latihan berat. Cara yang ia jalani lebih sederhana: mengenal kalori dan konsistensi pola makan.

Dr. Arjun Sabharwal, seorang dokter spesialis ginjal yang pernah berjuang dengan obesitas, kini menjadi contoh nyata bahwa perubahan gaya hidup yang realistis dan berkelanjutan jauh lebih efektif daripada metode yang membuat tubuh “menderita”. Dalam wawancara yang dikutip dari media internasional, Arjun berbagi pengalamannya dalam menurunkan berat badan secara signifikan.


Dari Obesitas ke 40 kg Lebih Ringan: Perjalanan Dr. Arjun

Dulu, Dr. Arjun menghadapi tantangan berat badan berlebih yang mempengaruhi kualitas hidupnya. Banyak orang di sekitarnya menyarankan diet ekstrem, suplemen cepat kurus, atau olahraga berat.

Namun setelah mencoba berbagai pendekatan yang sering muncul di internet, ia menyadari satu hal penting: semua metode itu tetap gagal jika tidak mengontrol asupan kalori dengan benar.

Menurut Arjun, defisit kalori — yakni kondisi ketika jumlah kalori yang masuk ke tubuh lebih sedikit daripada yang dibakar — adalah kunci utama penurunan berat badan, tidak peduli metode diet apa yang digunakan. Dengan pemahaman ini, ia mulai menghitung kalori harian secara disiplin, menyesuaikan porsi makan dan jenis makanan yang ia konsumsi.


Defisit Kalori: Mengapa Ini Lebih Efektif daripada Diet Ekstrem?

Banyak tren diet ekstrem muncul di media sosial, menjanjikan penurunan berat badan drastis dalam waktu singkat. Tetapi diet seperti itu sering kali tidak berkelanjutan dan justru berbahaya bagi kesehatan jangka panjang. Dr. Arjun percaya bahwa diet ekstrem hanya memberi hasil sementara — lalu tubuh kembali ke pola lama begitu diet dihentikan.

Sebaliknya, defisit kalori adalah konsep sains yang sederhana: selama tubuh membakar lebih banyak kalori daripada yang dikonsumsi, berat badan akan turun. Ini berlaku secara universal, baik seseorang mengurangi karbohidrat, membatasi lemak, atau meningkatkan protein. Prinsipnya tetap sama — pengaturan kalori.

Strategi ini didukung oleh pakar lain yang menyatakan bahwa membatasi makanan tinggi kalori — seperti makanan manis, olahan, atau tinggi lemak — bisa membantu tubuh menurunkan berat badan secara bertahap. Pendekatan seperti ini menghindarkan ekstremisme yang sering mengorbankan kesehatan demi hasil cepat.


Minggu Pertama: Tantangan Mengatur Kalori

Awal perjalanan Dr. Arjun tidak mudah. Pada minggu pertama, ia menghadapi kebingungan dalam menghitung berapa banyak kalori yang ia konsumsi setiap hari, dan apa saja yang sebaiknya ia makan. Ia juga sempat bingung memilih apakah menu tinggi protein lebih baik, atau makanan yang kaya serat dan buah.

Pada fase ini, banyak orang yang sama tertekannya karena perubahan pola makan bisa terlihat drastis. Namun ia menyadari bahwa menghitung dan memahami kalori adalah dasar perubahan permanen — bukan sekadar menghilangkan makanan tertentu dari menu harian.


Mengubah Pola Makan Tanpa Menyiksa Diri

Memasuki minggu kedua dan seterusnya, tubuh Dr. Arjun mulai menyesuaikan diri. Ia tidak memaksakan diri untuk berhenti total dari makanan favoritnya, tetapi mulai mengontrol jumlah porsi dan frekuensi makan. Ia lebih banyak memilih makanan yang memberi rasa kenyang lebih lama — seperti protein tanpa lemak, sayuran, dan buah.

Ia menuturkan tidak pernah menetapkan larangan ketat seperti “tidak boleh makan nasi” atau “tidak boleh makan mi” — karena menurutnya hal itu justru membuat proses diet menjadi beban psikologis. Yang terpenting adalah mengatur kalori masuk dan memahami nilai nutrisi makanan sehari-hari.


Pentingnya Konsistensi dan Komitmen

Dr. Arjun menyebut proses diet layaknya lari jarak jauh — bukan sprint. Artinya, turun berat badan memerlukan waktu, kesabaran, dan komitmen jangka panjang. Ia menekankan bahwa siapa pun bisa mendapatkan hasil serupa jika konsisten memperhatikan asupan makannya, bukan hanya menjalani diet dalam jangka pendek.

Konsistensi itu mencakup pengaturan jumlah porsi, pemilihan makanan bernutrisi lebih tinggi, pengelolaan waktu makan, serta pemantauan perubahan tubuh dari waktu ke waktu. Meski terkadang hasil penurunan terasa lambat, tetapi drip by drip perubahan itu memberi efek nyata pada penurunan berat badan total.


Mitos Diet yang Perlu Diluruskan

Pengalaman Dr. Arjun juga membuktikan bahwa beberapa anggapan populer tentang diet tidak sepenuhnya benar:

  • Diet ekstrem bukan jaminan hasil permanen — diet hanya selama beberapa hari atau minggu sering gagal memberikan perubahan jangka panjang karena tubuh kembali ke kebiasaan semula setelah diet berhenti.
  • Olahraga berat tidak selalu wajib — walaupun aktivitas fisik penting bagi kesehatan, Dr. Arjun tidak mengandalkan olahraga intens sebagai inti dari penurunan berat badannya. Fokus utamanya tetap pada kalori.
  • Jenis diet bukan yang paling penting — baik itu diet rendah karbo, tinggi protein, atau lainya, hasilnya tetap bergantung pada defisit kalori yang dilakukan secara konsisten.

Bagaimana Menjaga Hasil Setelah Berat Turun?

Turun 40 kg adalah pencapaian besar, tapi tantangan berikutnya adalah mempertahankan berat badan ideal. Dr. Arjun menekankan bahwa setelah mencapai target, perubahan gaya hidup sehat harus terus dijalankan — bukan berhenti begitu saja.

Ini termasuk terus memantau asupan kalori, menjaga porsi makan, tetap memilih makanan bernutrisi tinggi, dan menambahkan aktivitas fisik ringan sesuai kemampuan. Dengan menjaga pola ini, tubuh dapat mempertahankan komposisi yang baru dan menghindari rebound berat badan.


Saran untuk Pembaca yang Ingin Memulai Perubahan

Berdasarkan pengalaman beliau dan prinsip ilmiah defisit kalori, berikut beberapa langkah praktis yang bisa diikuti pembaca:

  1. Hitung asupan kalori harian — gunakan aplikasi atau catatan makanan untuk mengetahui berapa banyak kalori yang dikonsumsi.
  2. Tetapkan target defisit kalori moderat — kurangi jumlah kalori masuk tetapi jangan sampai tubuh kekurangan nutrisi penting.
  3. Fokus pada makanan bernutrisi — perbanyak protein, sayur, dan buah untuk rasa kenyang dan pemeliharaan otot.
  4. Jangan terjebak diet ekstrem — pola makan yang sangat ketat biasanya tidak bisa dipertahankan lama.
  5. Evaluasi progres secara berkala — catat perubahan berat badan, ukuran tubuh, dan rasa kenyang untuk menyesuaikan rencana diet.

Pendekatan ini tidak hanya membantu dalam penurunan berat badan, tetapi juga memperkuat hubungan sehat antara pikiran, kebiasaan makan, dan tubuh.


Kesimpulan: Defisit Kalori, Kunci Penurunan 40 kg yang Aman

Kisah sukses Dr. Arjun menegaskan satu prinsip sederhana namun kuat: diet bukan tentang ekstremitas, tapi tentang memahami kebutuhan kalori tubuh dan konsistensi jangka panjang. Tanpa diet ekstrim atau olahraga berat, ia berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 40 kg, menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup yang realistis jauh lebih efektif dan aman.

Bagi siapa pun yang ingin menurunkan berat badan, pelajaran penting adalah fokus pada kalori dan komitmen diri — karena pola makan yang bertahan lama akan membawa hasil yang bertahan lama pula.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *