Fakta vs Mitos: Benarkah Vaksin Bisa Mengubah DNA Manusia Jadi Mutan?
JAKARTA, kilasjurnal.id – Di era pascapandemi, teknologi kesehatan berkembang pesat, namun sayangnya sering dibarengi dengan penyebaran misinformasi yang masif. Salah satu mitos paling menyeramkan yang beredar di grup-grup percakapan adalah: “Jangan mau divaksin (terutama jenis mRNA), nanti DNA-mu berubah! Kamu bisa jadi mutan atau mewariskan penyakit genetik!”
Narasi fiksi ilmiah ini terdengar mengerikan. Bayangan tubuh kita dimodifikasi secara genetik seperti di film X-Men tentu membuat banyak orang ragu. Namun, sebelum Anda termakan ketakutan tersebut, mari kita bedah mekanisme tubuh manusia dengan kacamata biologi molekuler. Apakah secara biologis vaksin bisa mengotak-atik “cetak biru” Tuhan di tubuh kita?
Mitos: Vaksin Masuk ke Inti Sel dan Menyatu dengan DNA
Mitos ini berkembang subur seiring dengan munculnya vaksin berbasis mRNA (seperti Pfizer atau Moderna). Orang beranggapan karena vaksin ini membawa materi genetik (RNA), maka ia akan bergabung dengan materi genetik manusia (DNA) dan mengubahnya selamanya.
Fakta: Mustahil, Karena Beda “Kamar” dan Beda Bahasa
Secara ilmiah, klaim bahwa vaksin bisa mengubah DNA manusia adalah MITOS dan MUSTAHIL secara biologis. Mengapa? Ada dua alasan utama: “Tembok Benteng” dan “Arah Aliran Informasi”.
1. Tembok Benteng Inti Sel (Nukleus)
Tubuh manusia terdiri dari triliunan sel. Di dalam setiap sel, terdapat ruang khusus bernama Inti Sel (Nukleus). Di sinilah DNA kita (kode genetik asli) disimpan dengan sangat aman, ibarat brankas bank yang berlapis baja.
Getty Images
Vaksin, baik itu virus yang dimatikan maupun mRNA, hanya masuk sampai ke cairan sel yang disebut Sitoplasma. Mereka tidak punya “kunci” untuk menembus dinding inti sel tempat DNA berada. Jadi, vaksin dan DNA kita berada di dua ruangan yang berbeda dan tidak pernah bertemu. Vaksin bekerja di “teras”, sementara DNA aman terkunci di dalam “kamar tidur utama”.
2. Dogma Sentral Biologi: Tidak Bisa Mundur
Dalam biologi, ada hukum alam yang disebut Dogma Sentral. Alur informasi genetik manusia berjalan satu arah:
DNA (Cetak Biru) -> dicopy menjadi mRNA (Instruksi) -> diterjemahkan menjadi Protein (Tubuh/Imun).
Tubuh manusia tidak memiliki enzim (seperti reverse transcriptase yang dimiliki virus HIV) untuk membalikkan proses ini. mRNA dari vaksin tidak bisa tiba-tiba berubah kembali menjadi DNA dan menyisip ke gen kita. Itu melawan hukum alam sel tubuh manusia.
Analogi Sederhana: Buku Resep di Perpustakaan
Bayangkan DNA Anda adalah Buku Resep Induk yang sangat tebal dan berharga di sebuah perpustakaan yang dikunci (Inti Sel). Buku ini tidak boleh dibawa keluar.
Vaksin mRNA ibarat Secarik Kertas Fotokopian yang berisi satu resep masakan (resep membuat protein paku virus). Kertas fotokopian ini diserahkan kepada koki (Ribosom) di dapur (Sitoplasma).
- Koki membaca kertas resep tersebut.
- Koki memasak makanannya (membentuk kekebalan tubuh).
- Setelah selesai, apa yang terjadi dengan kertas fotokopiannya? Dibuang dan dihancurkan.
Apakah kertas fotokopian resep itu mencoret-coret atau mengubah isi Buku Resep Induk di dalam perpustakaan yang terkunci? Tentu tidak. Buku induknya tetap aman, bersih, dan tidak berubah.
Nasib mRNA Vaksin: Pesan yang Menghancurkan Diri
Banyak yang tidak tahu bahwa mRNA adalah molekul yang sangat rapuh dan tidak stabil. Inilah sebabnya vaksin jenis ini harus disimpan di suhu super dingin. Setelah disuntikkan ke tubuh dan tugasnya selesai (memberi instruksi pada sel imun), mRNA tersebut akan terurai dan hilang dalam waktu beberapa jam hingga beberapa hari. Tidak ada residu genetik yang tertinggal, apalagi mengubah keturunan.
Kesimpulan
Ketakutan bahwa vaksin mengubah DNA adalah hasil dari kesalahpahaman terhadap cara kerja sel. Vaksin hanya melatih sistem imun, tidak merenovasi genetik. Jadi, Anda tidak akan berubah menjadi mutan, tetapi sistem imun Anda akan berubah menjadi lebih pintar mengenali musuh.
