10 Negara Asia dengan Rasio Utang Terbesar: Posisi Indonesia & Implikasi Ekonomi
Jakarta — Utang pemerintah menjadi salah satu indikator penting dalam menilai kesehatan fiskal sebuah negara. Rasio utang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencerminkan seberapa besar tekanan utang publik dibandingkan dengan besarnya ekonomi negara tersebut. Semakin tinggi rasio ini, semakin besar beban yang harus ditanggung anggaran pemerintah untuk membayar pokok dan bunga utang.
Di kawasan Asia, terdapat sejumlah negara dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB yang sangat tinggi, mencerminkan tantangan fiskal yang berbeda-beda setiap negara hadapi. Indonesia juga masuk dalam daftar meskipun posisinya cenderung lebih rendah dibanding beberapa negara besar lain di Asia. Berikut pemaparan lengkapnya.
Apa Itu Rasio Utang terhadap PDB?
Secara sederhana, rasio utang terhadap PDB adalah perbandingan total utang pemerintah dengan nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan sebuah negara dalam setahun. Rasio ini dijadikan parameter untuk melihat kemampuan negara dalam membayar kembali utang yang dimilikinya. Rasio yang tinggi bisa menjadi sinyal tekanan fiskal, tetapi tidak selalu mencerminkan krisis jika ekonomi besar dan likuiditas tinggi.
10 Negara Asia dengan Rasio Utang Pemerintah Terbesar
Berikut gambaran *perkiraan posisi rasion utang terhadap PDB negara-negara Asia berdasarkan data terbaru IMF, Bank Dunia, dan berbagai sumber statistik global (per 2025):
1. Jepang – Rasio Utang Publik Tertinggi
Jepang tercatat sebagai negara dengan rasio utang pemerintah terhadap PDB tertinggi di Asia bahkan dunia, mencapai lebih dari 230% dari PDB pada 2025. Hal ini mencerminkan ekstensifnya pinjaman pemerintah Jepang setelah dekade-dekade defisit fiskal dan upaya stimulus ekonomi untuk menghadapi stagnasi pertumbuhan.
2. Singapura – Utang Hampir Dua Kali PDB
Singapura memiliki rasio utang yang tinggi, sering dilaporkan sekitar lebih dari 170% dari PDB. Namun, rasio tinggi ini berbeda konteksnya dengan banyak negara lain karena banyak utang digunakan sebagai instrumen investasi domestik melalui obligasi yang diserap pasar lokal dan sistem keuangan yang sehat.
3. Sri Lanka & Negara Berkembang Lainnya
Beberapa negara berkembang seperti Sri Lanka yang menghadapi krisis ekonomi juga tercatat sangat tinggi di angka lebih dari 100% dari PDB, meski angka tepatnya berubah akibat restrukturisasi dan paket bantuan internasional.
4. Laos & Negara ASEAN dengan Utang Meningkat
Laos berada di urutan atas di kawasan Asia Tenggara dengan rasio yang mendekati atau di atas 90%, dipicu oleh beban utang luar negeri yang besar untuk pembiayaan proyek infrastruktur.
5. Tiongkok & India
Negara-negara besar seperti China dan India memiliki rasio lebih moderat jika dibanding Jepang atau Singapura. China kerap dilaporkan sekitar 80–90% dari PDB, sementara India di kisaran 80–83%; angka ini mencerminkan kebutuhan pembiayaan jangka panjang, termasuk program pembangunan dan stimulus ekonomi.
6. Malaysia, Thailand, Filipina, Myanmar
Negara ASEAN lainnya seperti Malaysia sekitar 68%, Thailand sekitar 60%, Filipina 58%, dan Myanmar 62% juga tergolong di jajaran berutang moderat di kawasan Asia berdasarkan data IMF terbaru.
Posisi Indonesia dalam Daftar Rasio Utang Asia
Indonesia sendiri memiliki rasio utang pemerintah yang relatif lebih rendah dibandingkan negara-negara pemimpin daftar. Berdasarkan data IMF, rasio utang Indonesia diperkirakan sekitar 40–41% dari PDB pada 2025.
Ini menunjukkan bahwa Indonesia berada di posisi yang relatif terkelola di antara negara Asia lainnya. Dibanding negara seperti Singapura, Jepang, atau Laos, rasio utang Indonesia jauh lebih rendah; tetapi dibandingkan beberapa negara Asia Tenggara seperti Vietnam atau Kamboja, Indonesia sedikit lebih tinggi.
Mengapa Rasio Utang Berbeda Antara Negara?
Ada beberapa faktor yang menyebabkan rasio utang berbeda antara satu negara dengan negara lain:
Struktur Ekonomi dan Ukuran PDB
Negara dengan ekonomi besar dan pendapatan domestik kuat — seperti Jepang atau China — cenderung memiliki kapasitas lebih besar untuk memikul utang tinggi karena basis ekonomi yang kuat. Sebaliknya, negara kecil atau ekonomi sedang seringkali memiliki rasio yang berfluktuasi tajam bila terjadi shock ekonomi eksternal.
Kebijakan Fiskal & Pandemi Covid-19
Banyak negara meningkatkan pinjaman saat pandemi untuk mendukung program stimulus, bantuan sosial, dan menjaga stabilitas ekonomi. Langkah ini turut mendorong rasio utang ke level yang lebih tinggi dari sebelum pandemi.
Utang untuk Investasi vs Konsumsi
Utang yang digunakan untuk investasi produktif — seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, atau energi — sering dilihat lebih justifiable daripada utang yang hanya untuk menutup defisit operasional. Konten utang ini juga berdampak pada persepsi pasar terhadap kesehatan fiskal negara.
Bagaimana Posisi Indonesia Dibanding Rata-Rata Asia?
Berdasarkan tren rasio utang di Asia Tenggara dan Asia luas:
- Indonesia (± 40%) relatif lebih rendah daripada banyak negara Asia Timur dan beberapa ASEAN besar seperti Malaysia dan Thailand.
- Namun lebih tinggi dari beberapa negara kecil dengan basis ekonomi lebih rendah, seperti Kamboja atau Timor Leste.
Menurut analisis data OECD, banyak negara ASEAN mengalami kenaikan utang publik seiring dengan pandemi, tetapi sebagian mulai menstabilkan rasio ini seiring pemulihan ekonomi. Dalam konteks ini, rasio utang Indonesia yang dikendalikan di bawah 60% dipandang oleh banyak analis sebagai level aman yang masih kompatibel dengan kebijakan fiskal bertanggung jawab.
Apa Artinya Bagi Ekonomi Indonesia?
Rasio utang yang moderat memberi ruang kebijakan fiskal yang lebih fleksibel. Ini berarti pemerintah Indonesia dapat:
Menghadapi Krisis Ekonomi di Masa Depan
Dengan rasio utang yang tidak terlalu tinggi, Indonesia memiliki ruang untuk menggunakan stimulus fiskal saat diperlukan tanpa memicu kekhawatiran pasar.
Menjaga Kredibilitas Keuangan Negara
Rasio utang yang terkendali membantu Indonesia mempertahankan peringkat kredit yang stabil di lembaga internasional, sehingga biaya pinjaman tidak melonjak tinggi.
Merencanakan Investasi Jangka Panjang
Rasio utang yang sehat memberi ruang anggaran untuk investasi dalam infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan tanpa membebani anggaran secara berlebihan.
Tantangan & Risiko Utang Tinggi
Meski rasio utang Indonesia relatif moderat, tetap ada risiko yang perlu diwaspadai jika pinjaman tidak digunakan secara produktif, seperti:
- 📉 Beban bunga yang meningkat, menyita alokasi anggaran.
- 📊 Risiko likuiditas bila penerimaan negara merosot drastis.
- 📉 Potensi downgrade kredit jika kondisi ekonomi global memburuk.
Sementara di negara lain dengan utang sangat tinggi seperti Jepang atau Singapura, konteks fiskal dan struktur ekonomi lebih kompleks sehingga dampak utang berbeda dibanding negara berkembang.

