Fakta vs Mitos🧠 Psikologi & Hubungan

Fakta vs Mitos: Benarkah Manusia Cuma Pakai 10 Persen Kapasitas Otaknya?

JAKARTA, kilasjurnal.id – Premis ini sangat menggoda dan sering menjadi bumbu penyedap dalam film fiksi ilmiah Hollywood, sebut saja film Lucy (2014) yang dibintangi Scarlett Johansson atau Limitless (2011). Narasi yang dibangun selalu sama: manusia rata-rata hanya menggunakan 10 persen dari kapasitas otaknya. Jika kita bisa membuka kunci 90 persen sisanya, kita akan memiliki kemampuan super, mulai dari telekinesis hingga kecerdasan di atas Einstein.

Anggapan ini bertahan puluhan tahun, diwariskan dari motivator ke motivator sebagai cara untuk memacu semangat tentang “potensi terpendam”. Namun, jika kita bertanya kepada ahli bedah saraf atau melihat data pemindaian otak modern, klaim tersebut akan runtuh seketika.

Fakta: Seluruh Bagian Otak Anda Bekerja Keras

Secara ilmiah, anggapan bahwa manusia hanya menggunakan 10 persen otaknya adalah MITOS. Faktanya, kita menggunakan 100 persen otak kita, hanya saja tidak semua neuron menembak (firing) secara bersamaan di detik yang sama.

Teknologi pencitraan otak modern, seperti Functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan Positron Emission Tomography (PET), telah memberikan bukti visual yang tak terbantahkan

Shutterstock

Melalui pemindaian ini, terlihat bahwa hampir seluruh area otak menunjukkan aktivitas, bahkan ketika seseorang sedang melakukan tugas-tugas sepele. Tidak ada area gelap yang luas atau zona mati yang menanti untuk “diaktifkan”. Bahkan saat Anda sedang melamun atau tidur sekalipun, korteks otak dan batang otak tetap sibuk mengatur fungsi tubuh, memproses memori, dan menjaga kewaspadaan bawah sadar.

Logika Evolusi dan Energi

Untuk mematahkan mitos ini, kita juga bisa menggunakan logika biologi evolusioner. Otak adalah organ yang sangat “mahal” secara metabolisme. Meskipun berat otak hanya sekitar 2 persen dari total berat tubuh manusia (rata-rata 1,3 – 1,4 kg), organ ini mengonsumsi sekitar 20 persen dari total energi (glukosa dan oksigen) yang dimiliki tubuh.

Jika 90 persen otak benar-benar tidak berguna atau tidak aktif, evolusi manusia pasti sudah memangkasnya sejak ribuan tahun lalu. Alam memiliki prinsip efisiensi yang kejam; organ yang boros energi tetapi tidak fungsional akan dieliminasi dalam proses seleksi alam. Fakta bahwa manusia mempertahankan otak berukuran besar dengan konsumsi energi tinggi membuktikan bahwa setiap gram jaringan otak memiliki fungsi vital bagi kelangsungan hidup.

Mengapa Mitos Ini Bertahan?

Jika sains sudah membantahnya, mengapa mitos ini terus hidup? Kemungkinan besar karena adanya kesalahpahaman terhadap pernyataan psikolog William James di awal abad ke-20 yang menyebut bahwa manusia hanya menggunakan sebagian kecil dari “potensi mental” mereka. Kalimat “potensi mental” kemudian disalahartikan menjadi “fisik otak”.

Selain itu, pada masa-masa awal penelitian neurologi, para ilmuwan menemukan bahwa ada area di otak yang jika distimulasi listrik tidak menghasilkan respons motorik (gerakan). Area ini sempat disebut silent areas. Namun, belakangan diketahui bahwa area tersebut adalah pusat pemrosesan tingkat tinggi—seperti bahasa, perencanaan abstrak, dan integrasi sensorik—yang fungsinya jauh lebih kompleks daripada sekadar menggerakkan jari.

Kerusakan Kecil, Dampak Besar

Bukti lain yang paling nyata adalah kasus cedera otak. Jika benar 90 persen otak kita tidak terpakai, maka seseorang seharusnya bisa bertahan hidup normal meskipun sebagian besar otaknya rusak atau tertembak.

Kenyataannya, kerusakan sekecil apa pun pada area otak tertentu—akibat stroke atau trauma—dapat menyebabkan hilangnya kemampuan vital secara permanen, seperti lumpuh, buta, atau hilang ingatan. Tidak ada satu pun area di otak yang bisa “dibuang” tanpa konsekuensi serius terhadap fungsi kognitif atau motorik seseorang.

Kesimpulan

Otak manusia bukanlah gudang kosong yang menunggu diisi, melainkan sebuah jaringan listrik super sibuk yang bekerja 24 jam non-stop. Kita tidak perlu mencari cara untuk mengaktifkan “90 persen sisa” yang mitos itu. Potensi manusia yang sebenarnya tidak terletak pada area otak yang belum aktif, melainkan pada kemampuan neuroplastisitas—kemampuan otak untuk membentuk koneksi baru seiring kita belajar hal baru. Jadi, Anda sudah menggunakan seluruh otak Anda, tantangannya sekarang adalah seberapa baik Anda melatihnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *