Fakta vs MitosGaya HidupSosial

Menabung di Bank Tidak Menguntungkan, Fakta atau Mitos?

Menabung, Tradisi Lama yang Masih Dipertanyakan

Menabung di bank sejak lama dianggap sebagai langkah paling aman untuk menyimpan uang. Generasi orang tua kita selalu mengajarkan, “Kalau punya rezeki lebih, simpanlah di bank supaya tidak hilang.” Namun, seiring berkembangnya zaman dan semakin banyaknya pilihan investasi, muncul pertanyaan besar: benarkah menabung di bank masih menguntungkan? Atau jangan-jangan hanya mitos yang sudah usang tetapi tetap bertahan di tengah masyarakat?

Pertanyaan ini tidak hanya menyangkut soal uang yang bertambah atau tidak, melainkan juga menyangkut psikologis orang-orang yang menabung. Sebab, menabung bukan sekadar persoalan finansial, tetapi juga rasa aman, kenyamanan, hingga kebiasaan sosial yang diwariskan turun-temurun.


Bunga Bank vs Inflasi: Kenyataan yang Tak Bisa Diabaikan

Salah satu alasan kenapa banyak orang merasa menabung di bank tidak menguntungkan adalah karena bunga tabungan relatif kecil. Rata-rata bunga tabungan hanya berkisar di angka 0,5% hingga 2% per tahun, bahkan ada jenis tabungan yang bunganya lebih rendah dari itu. Sementara inflasi di Indonesia rata-rata berada di angka 3%–5% per tahun.

Artinya, ketika kita menaruh uang di bank, bunga yang kita terima sering kali tidak sebanding dengan penurunan nilai uang akibat inflasi. Dalam bahasa sederhana, nilai uang yang disimpan bisa jadi malah “tergerus” dari tahun ke tahun. Kondisi ini membuat banyak orang beranggapan bahwa menabung di bank sama saja dengan membiarkan uang diam dan kehilangan daya belinya.

Namun, hal ini tidak bisa serta-merta dijadikan alasan bahwa menabung di bank adalah kebiasaan yang salah. Ada aspek lain yang perlu dilihat, seperti keamanan, likuiditas, dan fungsi psikologis yang dimiliki tabungan itu sendiri.


Keamanan: Rasa Tenang yang Dibeli dengan Biaya

Bagi sebagian besar masyarakat, menabung di bank bukan soal mencari keuntungan besar, melainkan soal keamanan. Uang yang ditaruh di bank jauh lebih aman daripada disimpan di rumah. Risiko kebakaran, pencurian, atau kehilangan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu, di Indonesia, tabungan di bank sudah dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga nominal tertentu.

Keamanan ini adalah faktor penting yang sering dilupakan ketika orang membandingkan tabungan dengan investasi. Memang benar, berinvestasi di saham, obligasi, atau properti bisa mendatangkan keuntungan yang jauh lebih tinggi, tetapi risiko kerugian juga besar. Sementara tabungan bank memberi rasa aman hampir mutlak, meskipun harus “dibayar” dengan bunga kecil dan potongan administrasi.

Jadi, kalau tujuan utama seseorang adalah memastikan uangnya tersimpan rapi dan aman, menabung di bank masih menjadi pilihan yang masuk akal.


Likuiditas: Kapan Saja Bisa Diambil

Salah satu kelebihan besar dari tabungan bank adalah likuiditas. Uang bisa diakses kapan saja melalui ATM, mobile banking, atau teller bank. Tidak ada prosedur panjang yang mengikat seperti ketika mencairkan deposito, menjual saham, atau mencairkan investasi reksa dana.

Likuiditas ini sangat penting terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah yang sering membutuhkan dana darurat sewaktu-waktu. Bayangkan jika seluruh uang hanya ditempatkan dalam bentuk investasi yang nilainya bisa turun naik, atau membutuhkan waktu lama untuk dicairkan. Dalam kondisi darurat, menabung di bank memberikan fleksibilitas yang tidak bisa digantikan oleh instrumen lain.


Psikologi Menabung: Kebiasaan yang Mengikat Disiplin

Selain faktor ekonomi, ada faktor psikologis yang membuat menabung di bank tetap relevan. Menabung adalah sebuah disiplin. Setiap bulan menyisihkan sebagian pendapatan untuk dimasukkan ke rekening bank bisa menciptakan kebiasaan baik. Bahkan meskipun bunga tabungan kecil, proses menabung membangun pola pikir finansial yang sehat: menunda kesenangan demi masa depan.

Bagi banyak orang, melihat saldo rekening bertambah sedikit demi sedikit memberikan kepuasan emosional. Hal ini membuat mereka lebih termotivasi untuk terus menabung. Jadi, meskipun secara matematis tabungan tidak memberi keuntungan finansial besar, ia tetap memberikan keuntungan psikologis yang nyata.


Biaya Administrasi: Benalu yang Tak Terhindarkan

Salah satu keluhan terbesar masyarakat adalah biaya administrasi bulanan yang dikenakan bank. Potongan ini bisa terasa cukup signifikan, terutama bagi mereka yang menabung dengan saldo kecil. Dalam beberapa kasus, biaya administrasi bahkan lebih besar daripada bunga yang diterima.

Fakta ini memang memperkuat anggapan bahwa menabung di bank tidak memberi keuntungan nyata. Namun, sekali lagi, yang “dibeli” melalui biaya administrasi itu adalah layanan, keamanan, dan fasilitas yang ditawarkan bank. Sama seperti kita membayar biaya parkir untuk menjaga kendaraan tetap aman, biaya administrasi adalah konsekuensi logis dari sistem perbankan modern.


Mitos atau Fakta?

Jika ditanya apakah menabung di bank tidak menguntungkan, jawabannya adalah mitos dan fakta sekaligus. Faktanya, dari segi keuntungan finansial murni, menabung di bank memang kalah jauh dibandingkan instrumen investasi lain. Bunga kecil, biaya administrasi, dan inflasi membuat tabungan tidak bisa diandalkan untuk melipatgandakan kekayaan.

Namun, dari sisi keamanan, likuiditas, dan psikologi finansial, menabung di bank tetap punya nilai yang tidak bisa diabaikan. Ia adalah pondasi dasar sebelum seseorang melangkah ke tahap investasi yang lebih kompleks. Dengan kata lain, menabung di bank bukan soal kaya atau miskin, tetapi soal membangun dasar keuangan yang sehat.


Kesimpulan: Menabung Tetap Penting, Tapi Jangan Berhenti di Situ

Menabung di bank sebaiknya tidak dilihat sebagai satu-satunya cara mengelola uang, melainkan sebagai langkah awal. Tabungan berfungsi sebagai dana darurat, tempat menyimpan uang aman, dan alat untuk membentuk kebiasaan finansial yang disiplin.

Jika tujuan jangka panjang adalah membangun kekayaan dan melawan inflasi, maka tabungan harus diimbangi dengan investasi lain yang lebih produktif. Tetapi, tanpa tabungan di bank, pondasi keuangan bisa rapuh, karena tidak ada cadangan dana likuid yang siap dipakai kapan pun.

Jadi, menabung di bank memang tidak sepenuhnya menguntungkan secara finansial, tetapi juga tidak sepenuhnya mitos yang sia-sia. Ia adalah realitas keseharian yang tetap relevan, hanya saja perlu ditempatkan pada peran yang benar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *